Senin, 18 Februari 2013

PARA KEPALA TONSEA

                  

                              

 

                            Oleh: Adrianus Kojongian

 

  

Sungai di Kema, lukisan Charles W.M.van de Velde 1845. *)


Wilayah bekas Distrik Tonsea yang sekarang membentuk Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung, aslinya berasal dari bekas-bekas Pakasaan, Balak lalu Distrik Tonsea sendiri ditambah dua bekas pakasaan, balak lalu distrik sempalan dari Tombulu (Kakaskasen), yakni Pakasaan, Balak lalu Distrik Klabat (Kalabat, Kalawat) di-Atas dan Balak lalu Distrik Likupang. Distrik Tonsea beribukotakan Kema lalu Airmadidi tetap utuh, sementara Distrik Likupang beribukotakan Likupang berakhir tahun 1884 ketika wilayahnya digabungkan ke Distrik Klabat di-Atas, dengan nama Distrik Maumbi beribukotakan Maumbi. Tahun 1918 Distrik Maumbi pun mati setelah digabung penuh ke dalam Distrik Tonsea.

Kepemimpinan di bekas Distrik Tonsea yang juga berakhir di tahun 1966 itu, lebih seabad berada di tangan ‘dinasti’ keturunan Hukum Majoor Xaverius Dotulong yang mengawini Wongkol Tololiu, anak Hukum Majoor Kepala Tololiu Supit dari Ares dan cucu Hukum Majoor Kepala Pacat Supit Sahiri Macex dari Tombariri. Selain menurunkan keluarga penguasa Dotulong yang berkuasa di Tonsea dan Sonder, keturunannya memecah dalam keluarga-keluarga Pelenkahu, Nelwan, Sumampouw, Rotinsulu, Wenas dan lain sebagainya yang kemudian juga ikut memerintah Tonsea.

Sisa Benteng Kema 1910. *)

Klabat di-Atas yang didirikan para pemukim dari Meyesu=Maiesu (pemukiman kuno Tombulu di Kinilow masuk Pakasaan lalu Balak Kakaskasen (kini di Kota Tomohon), awalnya diperintah keluarga keturunan Walewangko dan Makalew, kemudian diganti keluarga Enoch. Terakhir pemerintahan berada di tangan keluarga Rotinsulu yang karena berjasa sempat dipercayakan menjadi Kepala Distrik Tonsea.

Hotel di Kema (versi lain rumah Renesse van Duivenbode) tahun 1880. *).

Likupang yang didirikan para pemukim berasal Klabat di-Atas, sejak berbentuk Balak lalu Distrik, disebutkan di awal abad ke-19 diperintah oleh satu keluarga Kalenkongan secara turun-temurun. Salah seorang kepalanya, yakni Majoor Arnoldus Bernardus Kalenkongan malah sangat terkenal telah diangkat sebagai Jaksa Kepala (Hoofddjaksa) Landraad Manado dan di masa tuanya dipercayakan menjadi Ketua Komisi Adat Kebiasaan Minahasa.

TONSEA

-Tahun 1874 N.Graafland menulis negeri utama Distrik Tonsea adalah Kema (tempat Kontrolir dan Hukum Kedua) dimana penduduknya terbagi 2, yakni orang Burger (Borgo) 1.068 (dihitungkan orang Islam), dan orang negeri 388 orang. Sedangkan orang asal Belanda 167 jiwa. Disini ada gereja yang dipakai pula untuk sekolah. Penduduk seluruh Kema 1.623 orang. Kemudian Airmadidi terbagi 3 bagian, yakni: Airmadidi (941). Sarongsong (215) dan Raprap (237). Seluruh Airmadidi 1.393 orang. Airmadidi tempat kediaman Majoor Tonsea dan Pendeta. Terdapat sekolah.

Jalan Kenari di Airmadidi tempo-dulu. *)

Negeri lain: Lilang (568) dengan sekolah, Makalisung (80), Tanjung Merah (139) dengan sekolah; Lansot (136); Maruasei atau Tontalete (179), Kauditan (375), Kawilei (429), Treman (844) dengan sekolah dan gereja besar; Kaima (481). Lalu Karegesan (382) satu tempat dengan: Kaasar (487) dengan sekolah, Lembean (454); Paslaten (271) satu tempat dengan Tumaluntung (885) dengan sekolah dan Sukur (525) dengan sekolah. Berikut Matungkas (431), dan Laikit (498) di satu tempat; Tetei (313), dan Kolongan (174) yang satu tempat dengan Mapanget (427), Talawaan (556), dan Tatelu (809). Selanjutnya: Sawangan (620), Tanggari (190) dan Tonsealama (707).

Rumahsakit Hermana tahun 1945. *)

-Wenas Kolano, alias Inelewan.  
-Wenas, September 1699.
Hukum Balak Tonsea, yang meneken Kontrak 10 September 1699 dengan pihak VOC diwakili Kapitein Paulus de Brievings dan Ondekoopman Samuel Hattingh di Benteng Amsterdam Manado, mewakili Balak Tonsea. Namanya ditulis Bevas. Kemungkinan besar dialah Wenas Lumanauw, anak Wenas Kolano, dan kakek Xaverius Dotulong. Bisa jadi dia juga Wenas, Hukum Tonsea beragama Kristen yang dicatat di tahun 1715 dengan nama Benas.
-Nelwan.
-Tirajoh.
-Runtukahu.
-Hukum Majoor Xaverius Dotulong, (   -1771).
-Majoor Martinus Dotulong, (1771-Desember 1777).
-Daniel Enelewan (Nelwan), (1777-27 Februari  1778).
-Hermanus Sumampouw, (27 Februari 1778-  ).
-Majoor Hendrik Dotulong.
  
Dua putri kepala Airmadidi (Tonsea) tahun 1900. *)

-Majoor Lukas Pelenkahu.
Tanggal 14 September 1810 meneken Kontrak dengan Residen Inggris Thomas Nelson.
-Majoor Johan Hendrik Pelenkahu, (1833 -1840).
-Majoor Daniel Rotinsulu, (1840 -1854).
 Dengan Hukum Kedua Nicolaas Lukas Pelenkahu hingga 1843, lalu diganti anaknya L.Rotinsulu.
-Majoor Outford Johan Pelenkahu, (1854-Juni 1870).
 Dengan Hukum Kedua pamannya M.Dotulong, diganti R.Pelenkahu dan terakhir hukum kedua anaknya Johan H.Pelenkahu.
-Hukum Besar lalu Majoor Jan Hendrik Pelenkahu, (25 Juni1870-November 1903).
Masih memerintah 1882. Hukum Kedua Tonsea 1873 dan juga masih 1882 H.Pinangkaan. Lalu J.Worotikan 1900. 
-Majoor Ezau Rotinsulu, (11 November 1903-1915).
 Dengan Hukum Kedua Klas 1 Tonsea sampai Agustus 1910 Albert W.R.Inkiriwang, lalu Hukum Kedua di Kema 1919 A.J.Maengkom.
-Hukum Besar Paul Alexander Ratulangi, 1917-1918, pejabat 
-Hukum Besar Alexander Hendrik Daniel Supit, (1918-Februari 1920).
-Hukum Besar Efraim Jan Son Lumanauw, (17 Februari 1920-20 Mei 1929).
-Hukum Besar lalu Majoor Ernst Hendrik Willem Pelenkahu, (20 Mei 1929-1938). 
-Hukum Besar Herman Jacob Wenas, (1938-1942). 
-Hukum Besar Dirk August Theodorus Gerungan, (1944-1945).
-Hukum Besar Hein Constantijn Mantiri, (1945).
-Hukum Besar A.G.Ruata, (1945-  ).
-Hukum Besar Hein Constantijn Mantiri, (1950-1953).
-Hukum Besar Kaemor A.Sumampouw.

KLABAT DI-ATAS lalu MAUMBI

-Tahun 1678 disebut Clabat om hoog (Klabat di-Atas, yakni Maumbi yang berpusat di Lansot) berpenduduk 60 awu.
-Distrik ini terhubung erat dengan orang Likupang, dimana dulukala sudah tercerai darinya. Di tahun 1874 negeri utama Maumbi (270, tempat kediaman Majoor, ada sekolah). Lalu: Watutumou yang satu kampung dari Maumbi (247). Keduanya berpenduduk 517 orang. Negeri lain adalah: Kuwil (249) dengan sekolah, Lansot (51), Suwaan (94), Kaleosan (139), Kolongan (273) dengan sekolah; serta Kawangkoan (185). Penduduk seluruhnya 1.508 orang.
-Jadi Distrik Maumbi Juni 1884.
-Digabung dengan Tonsea 8 Agustus 1921.

Maumbi tahun 1910. *)

-Pele, 1680.
Dicatat oleh Gubernur Robertus Padtbrugge sebagai Hukum van Klabat.
-Walewangko. September 1699.
Hukum Kepala Balak Klabat di-Atas yang mewakili balaknya (ditulis Clabat-boven) meneken Kontrak 10 September 1699 di Benteng Amsterdam Manado dengan pihak VOC yang diwakili Kapitein Paulus de Brievings dan Onderkoopman Samuel Hattingh. Namanya ditulis Balebancko. 
-Makalew.
-Rondonuwu.
-Ticoalu.
Ia meneken Kontrak 14 September 1810 dengan Residen Inggris Thomas Nelson. Namanya ditulis Pakoali. 
-Petrus Enoch.
 Dengan Hukum Kedua anaknya Bastiaan Enoch.
-Majoor Samuel Rotinsulu, (1848-1 Agustus 1886).
 Dengan Hukum Kedua anaknya Ezau Rotinsulu. 
Tahun 1878 merangkap Kepala Distrik Pertama Likupang, dengan nama Distrik Likupang-Klabat di-Atas, lalu awal Juni 1884 kedua distrik disatukan bernama Distrik Maumbi, dengannya sebagai Kepala Distrik.
-Majoor Ezau Rotinsulu, (1 Agustus 1886-11 November 1903).
 Sebagai Kepala Distrik Maumbi, dengan Hukum Kedua saudaranya Jacob Rontinsulu. Tahun 1897 Hukum Kedua Maumbi berkedudukan di Kokoleh (Likupang) adalah Herrit Carl Wajong. Kemudian Hukum Kedua Klas 1 Maumbi sampai Juli 1901 W.A.Ticoalu.
-Hukum Besar Willem Albert Ticoalu, (11 November 1903-26 April 1905).

-Hukum Besar Frederik Andries, (26 April 1905-6 Juni 1907).
Pindah dari Kakaskasen.                        
-Hukum Besar Jan Nicolaas Tambajong, (6 Juni 1907-8 Oktober 1909).
Kepala Distrik Maumbi, pindah dari Tompaso. 
-Hukum Besar Robert Johan Pelenkahu, (8 Oktober 1909-19 Juni 1914).
-Hukum Besar Paul Alexander Ratulangi, (19 Juni 1914-1918).
-Hukum Besar Alexander Hendrik Daniel Supit, pejabat (1919-1920).
-Hukum Besar Efraim Jan Son Lumanauwpejabat (1920-8 Agustus 1921).

LIKUPANG

-Tahun 1803 kepala beragama Kristen di Likupang: Andries Lintong, Bernadus Kalengkongan dan Hendrik Pontoh. Sebagian besar  penduduk dilaporkan telah beragama Kristen.
-Ada catatan tahun 1808 Likupang masih masuk Balak Klabat di-Atas (Maumbi), dipimpin Bernadus Kalengkongan dan Hendrik Pontoh.
-Tahun 1874 Graafland menyebut ibukota Likupang di Selat Bangka dan pada tebing sungai Likupang (tempat kediaman hukum besar), dengan 305 jiwa di kampung Negeri Baru, dan 116 orang Burger (Borgo). Ada gereja tempat belajar. Negeri lain: Sarawet (123), Likupang Atas (102), Paslaten (118), ketiganya sebetulnya satu saja, dengan sekolah. Lalu Kamanga (82), Sawangan (133), Kokoleh (109), Kaweruan (148), Wangurer (96), Lumpias (266) dengan sekolah. Kemudian Batu (239), Werot (168) dan Paputuman (123). Penduduk seluruh distrik 2.138 orang.

-Bernardus Kalenkongan, (1800-1811). 
Tanggal 14 September 1810 meneken kontrak atas nama Balak Likupang dengan Residen Inggris Thomas Nelson. Balaknya ditulis Lucipang.
-Alanus Sompie, tahun 1823.
-P.Kalenkongan, (    -1848).
 Dengan Hukum Kedua anaknya L.Kalengkongan.
-L.Kalenkongan, (1848-1852).
 Dengan Hukum Kedua saudaranya A.B.Kalengkongan.
-Majoor Arnoldus Bernardus Kalenkongan, (1852-1861).
 Dengan Hukum Kedua kemenakannya J.B.Kalengkongan. (Catatan lain sebut Kepala Distrik Likupang di tahun 1859 adalah Majoor B.H.Kalenkongan).
-Hukum Besar J.B.Kalenkongan, (1861-diberhentikan dari dinas April 1878).
 Dengan Hukum Kedua kemenakannya Kalenkongan. Distrik Likupang kemudian digabung dengan Klabat di-Atas, bernama Distrik Likupang-Klabat di-Atas, lalu sejak Juni 1884 bernama Distrik Maumbi.***

     *). Foto koleksi KITLV, Tropenmuseum dan National Archief of Australia.

SUMBER PUSTAKA:
-Berbagai literatur tentang Minahasa
-Catatan Majoor tua Sonder Albertus Bernadus Wawo-Roentoe.
-N.Graafland, 'Inilah Kitab Deri Hal Tanah Minahasa', Rotterdam, 1874.
-J.E.Heeres, 'Generale Nederlandsche Geoctroyeerde Oost-Indische Compagnie, 1602-1800. Bijdragen Tot de Taal-,Lands-en Volkenkunde van Nederlandsch-Indie, Brill Online.
-Koninklijke Bibliotheek-Delpher Kranten (De Locomotief 4 Februari 1873, 20 Mei 1882, 14 Juni 1884; Java Bode 1 Februari 1873, 13 April 1878, 23 Desember 1892; Bataviaasch Nieuwsblad 5 Agustus 1901, 27 April 1905; Het Nieuws van den Dag 8 Juni 1907). 
-Regeeringalmanak voor Nederlandsch-Indie 1892-1942.
-Adrianus Kojongian dkk., 'Ensiklopedia Tou Manado'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.